Kenikmatan Tiada Duanya Bersama Bude Nurul | IDAMANPOKER - AGEN POKER ONLINE TERPERCAYA
Kenikmatan Tiada Duanya Bersama Bude Nurul | IDAMANPOKER - AGEN POKER ONLINE TERPERCAYA
Kenikmatan Tiada Duanya Bersama Bude Nurul |
Cerita Dewasa : Kenikmatan Tiada Duanya Bersama Bude Nurul. Tanpa gairah Ipul mengeluarkan sepeda motor dari ruang tamu. Setelah yakin kondisi oli mesin pada motornya masih cukup bagus, distater dan dijalankannya mesin kendaraan yg dari segi mode sudah agak ketinggalan jaman. Bunyinya berderum cukup keras, maklum motor anak muda.
“Sudah siap Pul? Bude Imah udah nungguin nih. Takut pulangnya kemalaman dan kehujanan di jalan,” suara ibunya terdengar dari ruang dalam rumahnya.
“Uh bawel amat sih. Orang baru mau manasin mesin kok,” gerutu Ipul membathin.
Gara-gara Pak Nardi (tetangganya) diam-diam kawin lagi, Ipul memang jadi ikutan repot. Sebabnya, Bu Nurul istri Pak Nardi berteman akrab dengan ibunya. Dan Bude Imah (demikian Ipul biasa memanggil Bu Nurul) atas masalahnya yg dihadapinya selalu curhat kepada ibunya yg juga ditinggal suami yg kawin lagi. Hingga saat Bude Nurul memutuskan untuk meminta bantuan dukun guna mengembalikan suaminya, atas permintaan ibunya Ipul yg diminta untuk selalu mengantarnya.
Sang dukun yg tinggal di desa terpencil, kendati masih satu wilayah kabupaten, jaraknya dari rumah Ipul lebih dari 50 kilometer. Tetapi bukan karena faktor jarak dan kondisi buruk jalan ke arah sana yg membuat Ipul enggan mengantar Bu Nurul. Apalagi wanita itu selalu mengajaknya makan dan memberikan sejumlah uang setiap Ipul sehabis mengantar.
Namun masalahnya, sudah tiga kali datang ke dukun tersebut belum ada tanda-tanda Pak Nardi akan kembali. Bahkan seperti yg diceritakan Bu Nurul pada ibunya, ulah Pak Nardi kian nekad. Seluruh pakaiannya telah dibawa ke rumah janda yg menjadi istri mudanya. Karenanya Ipul merasa, dukun itu hanya mengakali Bu Nurul yg gampang memberi uang sampai ratusan ribu rupiah sekali datang dengan dalih untuk membeli berbagai persyaratan dan sesaji.
“Nak Ipul pasti bosan ya harus ngantar-ngantar bude seperti ini,” kata Bu Nurul ketika mereka berhenti makan di warung sate langganan dalam perjalanan ke rumah sang dukun.
“Ee.. enggak Bude. Nggak apa-apa kok,” ujar Ipul yg terpaksa berhenti menikmati dua tusuk sate terakhir yg tersisa di piringnya.
Sepuluh tusuk sate di piring Bu Nurul tampak telah tandas tanpa sisa. Tetapi Ipul yakin wanita itu tdk menikmati makanannya.
Karena ekspresi wajahnya terlihat masygul dan tatap matanya terlihat kosong. Pasti ia sangat tertekan gara-gara ulah suaminya. Melihat itu Ipul menggeser duduknya, merapat ke dekat Bu Nurul. Diraihnya tangan wanita itu dan digeganggamnya dengan lembut.
“Ipul siap mengantar ke manapun Bude mau pergi. Bude tdk usah ragu,” kata Ipul mencoba meyakinkan.
Cukup lama Ipul menggenggam dan meremas tangan Bu Nurul. Bahkan seperti seorang kekasih yg tengah menenangkan pasangannya yg tengah merajuk, Ipul melakukan itu sambil menatapi wajah Bu Nurul. Menatapi hidungnya yg bangir, matanya yg teduh dan bibirnya yg merah merekah.
Ipul baru menyadari pakaian yg dikenakan wanita itu berbeda dari biasanya. Dibalik jaket tipis warna hitam yg dilepasnya, Bude Nurul hanya mengenakan T shirt warna krem dipadu dengan celana panjang warna hitam. Biasanya ia selalu mengenakan rok terusan panjang yg longgar.
Ketatnya bentuk kaos dari bahan agak tipis yg dikenakan, membuat bentuk tubuhnya seperti tercetak sempurna. Di balik kaos tipis itu, sepasang buah dadanya yg berukuran besar nampak membusung dan kutang warna hitam yg dipakainya terlihat membayg. Serasi dengan perawakannya yg tinggi besar. Ke bagian menggunung itulah Ipul berkali-kali mencuri pandang. Juga ke leher jenjangnya yg putih seksi meski sudah ada kerutan karena usianya.
Kendati usianya memasuki kepala 5, Bu Nurul belum kehilangan pesonanya. Karena itulah Ipul sering mencuri-curi pandang menatapi keindahan pinggul dan pantat besarnya serta tonjolan buah dadanya ketika wanita itu cuma mengenakan kaos oblong dan celana training ketat saat hendak berangkat dan sepulang senam dengan ibunya.
Saat telanjang, bentuk tubuhnya pasti jauh lebih merangsang, demikian Ipul selalu membathin setiap melihat wanita itu habis bersenam. Karenanya Bu Nurul selalu menjadi wanita favorit yg dihadirkan dalam angan-angannya saat beronani.
Sambil mengocok sendiri kontolnya untuk menyalurkan hasrat biologisnya, Ipul memang selalu membaygkan nikmatnya dada besar dan vagina Bu Nurul bila disetubuhi. Makanya ia tdk habis pikir dengan tindakan Pak Nardi yg jatuh ke pelukan wanita lain.
Diperlakukan sedemikian rupa oleh Ipul, Bu Nurul sebenarnya sangat senang dan tersanjung karena ada laki-laki muda yg memberinya perhatian. Hanya seorang wanita pengunjung warung yg lain, menatapinya dengan tatapan aneh hingga Bu Nurul segera menarik tangannya dari genggaman dan belaian Ipul.
“Satenya tdk dihabiskan Nak Ipul? Kalau tdk yuk kita berangkat. Nanti kemalaman di jalan,” ujarnya. Kunjungan keempat ke rumah sang dukun ternyata sia-sia. Sang dukun ternyata tdk berada di tempat. Kata istrinya, ia tengah ke Jakarta untuk mengobati pasien selama sepekan. Maka diputuskan untuk pulang secepatnya karena mendung di langit mulai menggantung dan cukup tebal. Bu Nurul nampak kecewa. Dalam perjalanan pulang, baru beberapa kilometer dari tempat tinggal sang dukun, hujan mengguyur deras. Air seperti tercurah dari langit.
Saat itu, Ipul dan Bu Nurul yg berboncengan sepeda motor tengah berada di posisi jalan sebuah kawasan hutan. Hingga tdk memungkinkan bagi keduanya mencari tempat berteduh. Dalam terpaan derasnya air hujan dan hawa dingin yg menusuk, Ipul yg mengenakan jaket kulit tebal tak kelewat terpengaruh oleh cuaca tersebut. Ipul hanya merasakan dingin di bagian pinggang ke bawah. Karena celana jins yg dikenakan basah kuyup oleh hujan.
Tetapi tdk bagi Bu Nurul. Ia memang memakai jaket. Namun jaket yg dipakainya dari bahan kain yg kelewat tipis hingga air hujan langsung meresap menembus ke semua lapis pakaian yg dikenakannya. Termasuk ke kutang dan celana dalamnya. Karena dingin yg dirasakan ia yg tadinya membonceng agak merenggang, mulai merapat ke depan menempel ke tubuh Ipul. Bahkan kedua tangannya akhirnya melingkar, memeluk tubuh pria muda anak teman baiknya tersebut kendati agak canggung.
Perubahan posisi yg dilakukan Bu Nurul dalam membonceng sepeda motornya, diyakini Ipul dilakukan wanita itu untuk mengurangi dingin akibat hujan. Namun yg membuatnya risih dan kurang berkonsentrasi dalam mengemudi, ia merasakan buah dada Bu Nurul jadi menempel ketat ke punggungnya. Sepasang payudara yg ia yakin ukurannya cukup besar itu, terasa empuk dan sesekali menekan punggungnya. Membaygkan itu, gairah mudanya jadi terbakar.
Timbul pikiran nakal di kepala Ipul. Saat tubuh Bu Nurul agak merenggang, diinjaknya rem dengan mendadak. Seolah hendak menghindari jalanan berlubang. Dengan begitu tubuh wanita yg diboncengnya terdorong ke depan hingga kembali dirasakan tetek Bu Nurul menekan punggung. Ia melakukannya berkali-kali dan berkali-kali pula tetek besar Bu Nurul menumbuk punggungnya. Hasrat Ipul jadi kian terpacu dan fantasinya makin melambung.
Awalnya Bu Nurul mengira injakan rem dilakukan karena Ipul benar-benar tengah menghindari lubang. Namun setelah beberapa kali terjadi dan dilihatnya jalanan yg dilalui sangat mulus, ia menjadi curiga. Terlebih ketika ia disadarkan pada sikap Ipul saat di warung yg seperti tak lepas memadangi busungan buah dadanya. Menyadari itu, Bu Nurul yakin Ipul sengaja melakukannya agar buah dadanya merapat dan menekan punggungnya.
Sejak 5 bulan terakhir, terlebih sejak suaminya mengawini janda muda, Pak Nardi memang sudah tdk menyentuhnya lagi. Ulah nakal Ipul membuat gairah Bu Nurul jadi terpicu. Puting teteknya mengeras mengharap belaian dan remasan mesra.
Tanpa sadar ia menggeser posisi duduknya di boncengan sepeda motor. Maju ke depan, merapat serapat-rapatnya ke tubuh yg memboncengkannya. Hingga buah dadanya menempel ketat ke punggung Ipul. Ia yakin pemuda anak temannya bisa merasakan besarnya buah dada yg dimilikinya.
Seperti halnya Bu Nurul yg mulai terangsang gairahnya akibat buah dadanya yg menggesek-gesek punggung pemuda itu, reaksi Ipul malah lebih jauh. Selama ini ia selalu membaygkan tetek Bu Nurul saat beronani. Kini daging empuk dan kenyal itu menempel di punggungnya hingga tak terasa kontolnya mulai mengeras di balik jins ketatnya yg basah oleh hujan.
Hujan mengguyur kian deras dan bahkan mulai kerap ditingkahi oleh suara guruh yg menggelegar serta kilat yg menyambar. Ketika dilihatnya sebuah bangunan pos polisi hutan di pinggir hutan jati, Bu Nurul yg menjadi ketakutan meminta Ipul berhenti untuk berteduh.
“Kita berhenti dan numpang berteduh dulu Nak Ipul. Takut ah kalau terus di jalan,” ujarnya.
Bangunan pos polisi hutan itu kosong tanpa seorang petugas pun di dalamnya. Ada bale besar dari kayu dengan alas tikar. Bahkan di lantai bagian tengah bangunan ada semacam tungku dengan setumpuk kayu bakar kering. Mungkin biasa dipakai para petugas untuk merebus air atau menanak nasi. Sebuah tempat ideal buat berteduh di hari hujan dan cuaca dingin karena di dalamnya bisa memanaskan diri dengan membakar kayu dalam tungku.
Setelah mencopot jaketnya dan menggantungkannya pada paku yg menempel pada tiang bangunan pos polisi hutan, Ipul segera berusaha menyalakan api dalam tungku. Untung ada sisa minyak tanah dalam keleng yg ada di sudut ruang. Dengan bantuan korek Zipo-nya, api langsung menyala membakar ranting-ranting kayu kering.
Tetapi berbeda dengan Ipul yg mulai merasa nyaman dengan kehangatan yg didapat dari posisinya yg berjongkok di depan perapian, Bu Nurul terlihat gelisah. Ia berdiri mematung sambil bersedekap menahan dingin.
“Bude, kenapa di situ. Sini di depan tungku biar hangat,” panggil Ipul melihat wanita teman ibunya seperti menggigil kedinginan.
“Iya nih dingin banget. Eee .. Nak Ipul, jaket kulitnya Bude pinjam dulu ya. Kayaknya bagian dalamnya kering biar tubuh Bude agak hangat,” ujar Bude Nurul.
“Oh silahkan-silahkan Bude, pakai saja,” kata Ipul. Bahkan dengan sigap ia langsung berdiri mengambil jaket tersebut dan bermaksud membantu memakaikannya.
“Nanti dulu Nak, Bude mau copot dulu semua baju ini. Soalnya celana dalam dan kutang Bude ikut basah semua. Ta…… tapi kira-kira ada orang ke sini nggak ya?,” kata Bude Nurul lagi sambil memutarkan pandangannya ke arah luar bangunan tersebut.
“Ah kayaknya nggak ada Bude. Nggak mungkin ada yg datang ke hutan di tengah hujan deras begini,”
Meski agak ragu, Bu Nurul akhirnya membukai pakaiannya. Bukan hanya jaket hitamnya yg basah. Kaos ketat warna krem yg dipakainya pun tak kalah kuyup. Setelah Bu Nurul melepaskan jaket dan menaruhnya di balai-balai yg ada, terpampanglah lekuk-liku tubuh wanita itu. Kaos yg dipakainya memang kelewat basah hingga lengket ke tubuhnya.
Ipul yg berdiri di belakang wanita itu berkali-kali menelan ludah karena lekuk-liku tubuh di hadapannya menjadi seperti telanjang. Namun yg membuat Ipul kian gelagapan adalah saat setelah Bu Nurul melepas kaos dan kutang hitamnya.
Seperti yg diminta wanita itu, seharusnya dari arah belakang Ipul segera membantu mengenakan jaket kulit yg dipegangnya. Tetapi tubuh telanjang di hadapannya kelewat menarik untuk dilewatkan hingga Ipul lupa dengan yg harus dilakukan. Ia baru tersadar ketika Bu Nurul mengingatkannya.
“Bude kedinginan Pul, tolong jaketnya dipakaikan,” ujar wanita itu.
Ia tampak menggigil kedinginan. Tergesa Ipul segera memakaikan jaket kulit miliknya. Menutupkannya ke tubuh telanjang Bu Nurul. Namun karena kelewat tergesa, tanpa segaja tangan Ipul menyentuh tetek wanita itu. Payudara Bu Nurul yg ukurannya cukup besar terasa empuk dan lembut. Bahkan jemari Ipul sempat pula menyentuh putingnya yg mencuat dan terasa agak keras.
“Ma.. maaf Bude, sa .. saya tdk sengaja,” Ipul berusaha menarik tangannya setelah sesaat sempat menikmati kelembutan buah dada Bu Nurul.
Tetapi anehnya, Bu Nurul seolah mencegahnya. Dipegangnya tangan Ipul dan tetap ditekankannya pada buah dadanya. Seolah memberi kesempatan pemuda itu untuk menggeraygi teteknya.
“Dingin banget ya Pul. Kamu nggak kedinginan?”
“I.. iya Bude, sebenarnya Ipul juga kedinginan,” kata Ipul menimpali. Dari usaha Bu Nurul agar ia tdk melepaskan sentuhannya pada buah dadanya dan pernyataannya soal kedinginan, Ipul menebak wanita itu membutuhkan sentuhan kehangatan. Namun ia tdk berani terlalu gegabah mengingat perbedaan usia yg sangat jauh dan wanita itu adalah teman dekat ibunya.
Karenanya meskipun ia sangat ingin meremasi tetek Bu Nurul yg sudah ada dalam genggamannya, Ipul tdk berani melangkah lebih jauh. Takut dianggap kurang ajar dan berpengaruh pada hubungan baik ibunya dan Bu Nurul.
“Tadi waktu di warung Ipul ngelihatin tetek Bude terus kan? Juga sengaja main injak rem agar tetek Bude nempel di punggung Ipul kan? Kok setelah ada di pegangan malah didiamkan? Bude sudah tua sih, jadi teteknya udah nggak menarik bagi Ipul,” kata Bu Nurul lagi. Pernyataan itu membuat Ipul semakin yakin bahwa Bu Nurul mengharapkan sentuhan kehangatan.
Sekaligus mengingatkan agar Ipul mengambil insiatif melakukan sentuhan-sentuhan yg mengundang gairah. Maka peluang itu langsung disambutnya. Tangan Ipul yg semula hanya menangkup memegangi busungan buah dada wanita itu, kini mulai berani meremasinya.
Remasan yg tdk hanya memberi kehangatan pada diri Bu Nurul yg sudah lama tdk disentuh suaminya, juga memuaskan dahaga Ipul yg selama ini hanya bisa membaygkan kemontokan busung dada wanita itu saat beronani.
“Sa.. saya suka banget tetek Bude. Sebenarnya saya sering membaygkannya khususnya kalau habis lihat Bude. Saya suka membaygkan bentuk tubuh Bude kalau telanjang, pasti sangat merangsang,” ujar Ipul semakin berani.
“Masa? Kalau begitu remaslah Pul, lakukan apa saja yg kamu suka pada tubuh Bude. Sudah lama Pak Nardi nggak menyentuh Bude sejak tergoda janda itu,” kata Bu Nurul sambil membalikkan tubuh.
Kini, yg sebelumnya cuma hanya ada di angan-angannya benar-benar terpampang di hadapannya. Tubuh Bu Nurul yg nyaris bugil karena hanya tersisa celana dalam warna hitam yg masih dipakainya setelah jaket yg dipakainya dibiarkan terjatuh ada di depannya. Ah tubuh Bu Nurul ternyata benar-benar masih sangat menawan. Lebih dari yg kubaygkan, begitu Ipul membathin.
Postur tubuh Bu Nurul yg tinggi, montok dan berisi benar-benar menawan di mata Ipul. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun menyerupai buah kelapa. Pinggangnya ramping dan makin ke bawah pinggulnya yg masih terbungkus celana dalam warna hitam makin membesar seperti gentong besar.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan yg ada, Ipul langsung menubruk dan memeluk tubuh telanjang teman baik ibunya itu. Dengan rakus dihisap-hisapnya puting susu kiri Bu Nurul dengan mulutnya. Puting berwarna coklat kehitaman itu terasa mengeras di mulut Ipul setelah dihisap dan dipermainkan dengan lidah. Kedua tangan Ipul juga meliar di tubuh montok wanita itu.
Sambil terus menghisapi tetek wanita itu, tangan kanan Ipul meremasi dan memain-mainkan buah dada Bu Nurul yg lain. Sedangkan telapak tangannya yg sebelah kiri merayap meremasi bongkahan pantat besarnya. Bu Nurul menggelinjang, menahan gairah yg menjadi terbangkitkan. Ia tak menygka, pemuda anak teman baiknya ternyata menyimpan nafsu terpendam pada dirinya.
Bila diperhatikan seksama, sebenarnya tanda-tanda ketuaan pada Bu Nurul sudah sangat kentara. Wanita berambut sebahu yg bertubuh tinggi besar itu, pada bagian perutnya sudah tdk rata. Agak membusung dan sudah ada lipatan-lipatan kecil. Namun di mata Ipul, itu tanda-tanda kematangan pada wanita dan membuatnya makin terangsang.
Puas menghisapi tetek Bu Nurul dan meremasi bongkahan pantat besarnya, perhatian Ipul mulai tertuju ke selangkangan wanita itu. Bagian di bawah perut yg tertutup celana dalam warna hitam itu, tampak gembung dan membusung. Bahkan terbentuk sebuah celah membujur karena celana dalam yg menutupnya melekat rapat karena basah kuyup akibat air hujan.
Di bagian paling peka milik wanita itulah tangan Ipul kini meliar. Diusapnya perlahan vagina Bu Nurul dari bagian luar celana dalam yg masih membungkusnya. Ipul yg memang belum pernah menyentuh kemaluan wanita, seolah ingin menikmati dan merasakan setiap inchi dari busungan vagina wanita itu. Selama ini ia hanya melihat vagina wanita dewasa dari video porno yg sering dilihatnya.
Dijalari jari-jari tangan Ipul di bagian yg paling peka, Bu Nurul kian mendesah. Terlebih bukan cuma sentuhan-sentuhan di vaginanya yg membuat gairahnya terbangkitkan. Tetapi karena pentil-pentil teteknya juga mulai menjadi sasaran kuluman dan hisapan pemuda itu.
“Ssshhh… sshh… aaahhh…ahhhh… terus hisap tetek Bude Pul. Aaahhh… ee.. enak banget Pul, ya… ya terus .. terus hisap,” Bu Nurul tak mau kalah.
Sambil menikmati sentuhan jemari Ipul di vaginanya dan hisapan pemuda itu di pentil susunya, tangan wanita itu merayap berusaha membuka kancing celana pemuda anak teman akrabnya. Akhirnya, setelah Ipul membantunya dengan membuka kancing celana jinsnya dan sekaligus memelorotkannya bersama CD nya, Bu Nurul menemukan apa yg dicari-carinya. Tanpa melihatnya Bu Nurul tahu ukuran ****** Ipul tergolong besar dan panjang. Terlebih jika dibandingkan dengan milik suaminya. Dibelai-belainya batang penis Ipul dan kepala penisnya yg membonggol dan sesekali dengan gemas ia meremasnya. Demikian pula Ipul.
Tak puas hanya meraba dan mengusapi vagina Bu Nurul dari luar celana dalamnya, kini jari-jarinya berusaha menyelinap mencari celah agar bisa menyentuh kemaluan wanita yg seusia dengan ibunyaitu. Hanya karena celana dalam warna hitam yg dipakai Bu Nurul kelewat ketat, Ipul agak kesulitan untuk menyingkapkannya.
Akhirnya, setelah melepas kulumannya pada puting-puting susu Bu Nurul, Ipul langsung berjongkok. Celana dalam warna hitam milik wanita ia pelorotkan melewati pinggul dan pantat besarnya hingga sebuah pemandangan yg sangat menggairahkan terpampang di hadapannya. Di selangkangannya, di antara kedua paha membulat Bu Nurul terlihat vaginanya yg membusung. Ipul terpana sesaat.
Seperti yg selama ini ia baygkan, vagina Bu Nurul benar-benar besar dan tembem. Ia tak menygka bisa mendapat kesempatan untuk melihat dan menyentuh vagina yg oleh pemiliknya telah dipangkas habis bulu-bulunya itu. Peris di bagian pusar dan bawah perut wanita yg sudah tdk rata lagi itu, sudah banyak lipatan dan kerut-kerut di permukaan kulitnya.
Sedangkan di bagian bawahnya lagi, yg merupakan bagian atas dari vagina Bu Nurul terlihat membentuk semacam gundukan daging dengan permukaan yg lebar dan tebal. Sebenarnya Ipul ingin meminta Bu Nurul membuka dan merenggangkan kakinya yg yg berdiri merapat agar pahanya terbuka hingga ia bisa melihat seluruh bagian vaginanya.
Karena dalam posisi berdiri merapatkan kaki, vagina teman ibunya tdk terlihat sampai keseluruhan lubangnya. Seperti balita baru mendapatkan mainan baru yg menarik hatinya, Ipul mulai mengusap-usap gundukan daging yg terasa hangat di telapak tangannya.
Ipul agak grogi saat mengusapi vagina Bu Nurul. Usapannya perlahan karena ia baru pertama kali menyentuh bagian paling merangsang pada tubuh wanita tersebut hingga Bu Nurul mengira Ipul kurang menyukainya.
“Bude kan udah tua Pul, jadi vaginanya udah agak peyot. Pasti jauh merangsang di banding punya pacar Ipul ya?”
“Eng… enggak Bude. Sungguh punya Bude merangsang banget. Saya sangat suka. Saya belum punya pacar dan baru kali ini menyentuh yg seperti ini Bude,” ujar Ipul.
“Masa? Kalau melihat?” Kata Bu Nurul
“Kalau di film BF sering. Ju.. juga saya pernah mengintip dan melihat vagina Bude. Waktu itu Bude mandi numpang mandi di rumah. Saya seneng banget sekarang bisa melihat dan memegang langsung,”
Bu Nurul senang sekaligus bangga mendengar jawaban jujur Ipul. Ia tak menygka anak teman baiknya selama ini menjadi pengagum dirinya secara diam-diam. Ia yg tadinya ragu dan malu untuk memperlihatkan seluruh bagian vaginanya dengan merapatkan kakinya karena takut mendapat penolakan dari Ipul menjadi percaya diri.
Direnggangkan dan lalu diangkatnya kaki kanannya serta ditumpukannya pada pinggiran bale kayu yg ada di dekatnya hingga terpampanglah seluruh bagian vaginanya di hadapan pemuda itu. Ipul kian terperangah. Lekat-lekat ditatapinya vagina Bu Nurul. Di bagian tengah yg menggunduk ada celah memanjang dengan bagian daging yg menebal di bagian bibir luar vagina Bu Nurul.
Warnanya coklat hitaman, berkerut-kerut dan mengeras seperti bagian daging yg sudah kapalan. Kontras dengan warna daging merah muda di bagian dalam yg terlihat agak basah. Di bagian atas mendekati ujung celah lubang vagina itu, sebentuk tonjolan daging sebesar biji jagung tampak mencuat.
Mungkin ini yg dinamakan itil, pikir Ipul membatin dan itu kian membuatnya terangsang. Rupanya bagian itu kelewat menarik untuk dilewatkan hingga Ipul tergerak untuk menyentuhnya. Diawali dengan mengusap-usap bibir luar vagina Bu Nurul yg berkerut dan terasa kasar, ujung jari Ipul mulai menelusup masuk ke celahnya lalu menyentuh dan menggesek-gesek tonjolan daging mungil itu.
Mendapat rangsangan di bagian paling peka pada kelaminnya, Bu Nurul yg sudah cukup lama tdk dientot Pak Nardi suaminya, tubuhnya menjadi tergetar hebat. Terlebih ketika itilnya mulai dipermainkan Ipul dengan intensitas sentuhan yg makin kerap.
“Ooouuww.. sshh… sshhh ..ahhh..ahh.. ahh…ssshh. Itil Bude kamu apakan Pul? Ahhh… ssshhhh….ssshhhh….akkhhhhh… enak.. banget Pul,” lenguh Bu Nurul mendesah.
Namun yg membuat Bu Nurul makin menggelinjang seperti cacing kepanasan serta berkali-kali vaginaik tertahan menahan nikmat yg tertahankan adalah tatkala dirasakan bibir vaginanya serasa dilumat. Karena sangat terangsang, Ipul memang akhirnya melumat bibir luar kemaluan Bu Nurul dengan mulutnya. Ia sebenarnya hanya meniru adegan yg sering ditontonnya dalam adegan film mesum.
Tetapi ternyata, ulahnya itu membuat Bu Nurul kelojotan menahan nikmat. Bahkan ketika Ipul mengecupi dan menghisapi itilnya, erangan dan rintihan Bu Nurul semakin kencang. Ipul jadi semakin bersemangat. Lidahnya tak hanya disapu-sapukan tetapi dijulur-julurkan masuk ke kedalaman lubang nikmat Bu Nurul yg mulai terasa asin karena banyaknya cairan pelicin yg keluar.
Merasa pertahanannya hampir jebol dan didorong keinginannya untuk segera merasakan batang penis Ipul yg berukuran ekstra besar dan panjang, Bu Nurul meminta Ipul menghentikan aksi obok-obok vagina dan itil dengan mulut dan lidahnya.
“Sshh.. sshh.. aahhh.. ahhh… ahhh. Udah Pul, Bude nggak tahan.” kata Bu Nurul sambil menarik kepala Ipul menjauh dari selangkangannya.
Lalu diajaknya Ipul ke bale kayu tempat para penjaga hutan melepas lelah. Di bale kayu itu, Bu Nurul langsung merebahkan tubuh telentang dan membuka lebar pahanya. Ipul tahu tugas yg menunggunya kini adalah menyogok lubang vagina teman ibunya yg memang sudah lama ingin dinikmatinya.
Seperti tak sabar Bu Nurul langsung menggenggam penis Ipul ketika pemuda itu telah berada di atas tubuhnya. Ujung penis Ipul yg membonggol besar di arahkannya tepat di tengah lubang vaginanya.
“Masukkan Pul.. ahhh ..ahhh Bude udah kepengen merasakan kontolmu,”
“Sa… saya juga Bude. Ipul sudah lama pengen ngentot dengan Bude. Ipul suka vagina Bude,”
“I.ii. iya Pul, cepat tekan dan masukan kontolmu,” ujar Bu Nurul.
Akhirnya, Ipul menurunkan pinggulnya.
Ujung penisnya menyentuh bibir luar vagina Bu Nurul yg sudah menunggu untuk disogok. Tetapi karena kepala penis Ipul kelewat membonggol dan berukuran cukup besar, tak mudah untuk masuk meskipun vagina Bu Nurul tergolong sudah oblong.
“Kayaknya penis kamu gede banget Pul. Jauh lebih gede dibanding punya Pak Nardi jadi agak sulit masuknya,”
“Te… terus gimana Bude?,” Kata Ipul bingung.
Namun Bu Nurul tdk kehilangan akal. Dikeluarkannya ludah dari mulutnya dan ditampungnya di telapak tangannya. Lalu, ludah itu dibalur-balurkannya di ujung penis Ipul agar bisa menjadi semacam pelumas.
“Udah Pul, masukkan lagi kontolmu tapi pelan-pelan ya,”
“Ii… iya Bude,”
Karena terburu-buru dan sama sekali belum pernah melakukannya, ujung rudal Ipul sempat meleset. Kepala penis pemuda itu terantuk di bagian atas lubang vagina Bu Nurul dan hanya mengenai itilnya hingga wanita itu vaginaik.
Baru setelah dipandu tangan Bu Nurul, sedikit demi sedikit ujung penis Ipul mulai masuk dan akhirnya bleesss! penis Ipul berhasil masuk sepenuhnya ke lubang nikmat itu setelah ia sedikit menyentaknya dan membuat Bu Nurul kembali vaginaik.
“Sa… sakit Bude?”
“Eee .. enggak Pul. Bude cuma kaget. penis kamu gede banget,”
Sudah sangat sering Ipul membaygkan nikmatnya bersetubuh dengan Bu Nurul sambil mengocok-ngocok sendiri kontolnya. Tetapi ternyata, jauh lebih nikmat ngentot langsung dengan wanita itu. Batang kontolnya yg telah membenam di lubang kenikmatan teman ibunya itu, terasa hangat dan nikmat dijepit dinding-dinding vagina Bu Nurul.
Disogok penis pemuda berukuran besar, wanita yg sudah lama tdk menikmati permainan ranjang sejak suaminya menikah lagi itu mengulum senyum. Senyum yg membuat wajah tuanya kembali kelihatan cantik dan membuat Ipul tergerak untuk melumat bibirnya.
Ciuman itu langsung disambut Bu Nurul dengan lebih panas. Lidah Ipul yg terjulur langsung dihisapnya hingga bukan hanya kemaluan keduanya yg beradu di bagian bawah tetapi mereka juga saling hisap dengan kedua mulutnya.
Hari semakin gelap dan hujan yg mengguyur kawasan hutan jati kian menderas diseling bunyi guruh yg sesekali menggelegar. Namun cuaca buruk yg tengah berlangsung tak mempengaruhi panasnya gairah yg tengah disalurkan pasangan itu. Desahan dan erangan nikmat yg keluar dari mulut pasangan itu seolah ingin mengalahkan bunyi halilintar yg menggelegar.
Bu Nurul benar-benar dibuat melayg dan dihantarkan pada kenikmatan yg belum pernah dirasakan sebelumnya setelah Ipul menaik-turunkan pinggulnya dan memaju-mundurkan batang kontolnya di lubang vaginanya. Apalagi Ipul juga sesekali menyelingnya dengan meremasi susunya yg besar.
Bahkan tdk jarang Ipul juga memilintir dan memijit puting teteknya yg membuatnya merintih menahan nikmat.
“Terus Pul… sshhh….. ssshhh…. aahh…. aahhh… enak banget entotanmu Pul. Ssshhhh… sshhhhh…. Bude nggak pernah merasakan seenak ini bila dengan Pak Nardi. Aaahhh….. aaauuwww…. sshhhh… sshhhhh,”
Dulu, semasa Pak Nardi belum kena pelet dan akhirnya mengawini seorang janda, sikap Bu Nurul dalam melayani suaminya sebenarnya tergolong biasa-biasa saja. Apalagi Pak Nardi tergolong kurang potensinya dalam urusan ranjang. Hingga ia merasa tdk perlu menservisnya dan dalam melayani sekadar asal suami bisa muncrat saja air maninya.
Namun menghadapi Ipul dengan tenaga muda serta kekerasan batang kontolnya yg mampu membuatnya merintih nikmat, Bu Nurul merasa harus memberikan respon yg sepadan. Maka sambil menggoyg pinggul dan memutar-mutarkan pantat besarnya, otot-otot bagian dalam vaginanya juga ikut dikejut-kejutkan hingga mampu mencengkeram kuat batang penis pemuda itu. Apa yg dilakukan Bu Nurul membuat batang penis Ipul serasa dihisap hingga memberi kenikmatan tiada tara.
Permainan panas keduanya mendekati puncaknya setelah irama goygan dan hunjaman yg berlangsung dalam gelap mulai tdk teratur. Ipul mulai menancapkan batang kontolnya di lubang vagina Bu Nurul dengan sentakan-sentakan. Sementara Bu Nurul sesekali mulai mengangkat tinggi-tinggi pantatnya.
“Sshhh… ookkkhhh…. oookkkk.. enak banget… enak banget. Ahhhh….ahhh… ssshhh terus Pul… enak banget. Akhhh…. bude hampir keluar.. Pul… ohhhkkhhhh,”
“Ipul juga Bude… aahhhh….. aahhhkk…. terus hisap Bude. Akhhhh….ya…. terusshhhh…. akkhhh vagina Bude anak banget,”
Akhirnya, diawali dengan tubuh mengejang Bu Nurul akhirnya menggelepar menikmati orgasme yg didapatnya. Ditandai dengan semburan hangat dari setiap sudut di lubang vaginanya membasahi batang penis Ipul.
Seperti halnya Bu Nurul, di saat yg hampir bersamaan Ipul juga merasa tak mampu lagi membendung apa yg ingin dimuntahkannya. Setelah mengerang menahan nikmat tiada tara yg didapatnya, Ipul akhirnya ambruk di tubuh montok wanita itu. Tak kalah banyak, air mani Ipul juga menyembur bak lahar panas. Membanjir berbaur dengan cairan yg keluar dari lubang vagina wanita teman dekat ibunya.
Keduanya baru menyadari bahwa hari telah beranjak malam setelah beberapa saat melepas lelah dari permainan nikmat yg baru dilakukan. Dalam gelap dan hanya diterangi sinar dari nyala api di tungku perapian yg ada di tempat berteduh penjaga hutan itu, Ipul segera mengumpulkan pakaiannya untuk dikenakan.
Begitu juga Bu Nurul. Setelah semua pakaian dikenakan, Ipul langsung menstater motornya dan melesat menembus kegelapan hutan jati. Hanya, sepanjang perjalanan pulang keduanya terdiam membisu.
Suasana kaku itu baru cair setelah Ipul menghentikan motornya karena berniat membeli rokok di sebuah kios di sebuah kampung.
“Nih pakai uang Bude saja Pul,” kata Bu Nurul menyodorkan lembaran seratus ribu rupiah.
Ipul membeli sebungkus rokok dan dua botol air mineral yg langsung ditenggaknya. Botol air mineral yg lain disodorkannya kepada bu Nurul sambil menyerahkan uang kembalian. Namun Bu Nurul hanya mau menerima air mineralnya saja yg juga langsung dibuka dan diminumnya.
“Kembaliannya kamu kantongi saja untuk beli bensin,” ujarnya.
Setelah kembali berada di atas sepeda motor, Bu Nurul kembali membuka percakapan.
“Kok Ipul diam saja sih. Nyesel ya melakukan itu dengan orang setua Bude?”
“Ih enggak Bude. Sungguh. Ipul diam karena takut Bude marah. Sungguh Ipul sangat senang berkesempatan berdua dengan Bude seperti tadi,” kata Ipul.
Bu Nurul yg sempat canggung, kini kembali merapatkan posisi duduknya dalam membonceng dan tangannya memeluk tubuh Ipul dari belakang. Sikap mesra keduanya mirip sepasang kekasih yg tengah menikmati masa-masa indah berpacaran karena angan mereka melambung pada bayg-bayg kenikmatan yg baru direguknya.
0 comments
Post a Comment